Movie Review: The Perks of Being A Wallflower
Judul : The Perks of Being A Wallflower
Sutradara : Stephen Chbosky
Pemain : Logan Lerman, Emma Watson, Ezra
Miller
Genre : Komedi-Drama, Romansa
Durasi : 103 menit
Tanggal rilis : 21 September, 2012
Diangkat ke layar lebar berdasarkan
sebuah novel fiksi karangan Stephen Chbosky, yang juga merupakan sutradara dari
film ini. Bercerita tentang seorang remaja lelaki bernama Charlie (Logan
Lerman) yang baru memulai hari-harinya di sma. Ia adalah remaja yang pendiam dan
pemalu sehingga susah untuk mendapatkan teman. Sampai akhirnya ia bertemu
dengan dua orang senior yang merupakan saudara tiri, Sam (Emma Watson) dan
Patrick (Ezra Miller), yang menjadi titik balik kehidupannya. Sejak saat itu
mereka bertiga menjadi dekat karena Charlie mulai merasa nyaman dan mulai masuk
kedalam lingkungan pergaulan Sam dan Patrick. Setelah beberapa lama Charlie
mulai terpesona dan menyukai Sam karena kepintaran dan kecantikannya walaupun
ia tahu bahwa Sam sudah mempunyai pacar. Tapi karena sebuah kesalahpahaman,
seorang gadis bernama Mary Elizabeth (Mae Whitman) jatuh hati kepada Charlie
dan merekapun berpacaran. Namun Charlie tetap menyukai Sam tanpa seorangpun
mengetahuinya. Sampai suatu saat karena suatu kejadian terkuaklah bahwa Charlie
mempunyai trauma masa lalu.
Yang menarik didalam film ini adalah
karakternya. Bila dilihat dari genrenya akan membuat orang-orang berspekulasi
bahwa film ini adalah kisah romantis klise seperti film remaja kebanyakan. Tapi
setelah menonton ataupun membaca novelnya, karakternya digambarkan sebagai
remaja-remaja yang merupakan wallflower.
Istilah wallflower digunakan untuk
menyebut remaja yang disaat acara seperti pesta dansa memilih untuk berdiri di
pinggir ruangan, tidak cupu namun
tidak juga populer, lebih karena
pemalu dan introvert. Bahkan karakter seperti Sam dan Patrick digambarkan
sebagai remaja yang keren namun dalam dunia mereka sendiri, tidak mengikuti
tren yang berlaku, itulah yang membuat Charlie nyaman diantara mereka. Penonton
tidak hanya terpaku pada kehidupan Charlie namun juga dari kehidupan Patrick
yang juga cukup intrinsik. Hal menarik lainnya adalah kilasan trauma masa lalu
Charlie disepanjang film yang akan membuat penonton berhipotesis oleh apa yang
telah terjadi dengannya.
Keseluruhan film ini cukup
mengesankan untuk ditonton. Dibalut dengan screenplay,
dialog, dan soundtrack yang sangat
pas. Penonton dapat ikut hanyut kepada apa yang para karakter rasakan. Sang
sutradara dapat menggambarkan rasa kesedihan, kesepian, dan kekalutan dengan
baik. Khususnya rasa kegembiraan Charlie saat bersama dengan Sam dan Patrick. Karena
sang sutradara merupakan penulis novelnya sendiri, para pembaca novelnya pun
tidak kecewa dengan filmnya juga jajaran pemain terkenal di film ini dapat mewujudkan
para karakter dengan akting yang meyakinkan dan membuat penonton jatuh hati.
0 comments