/lnnatic/

C'est la vie/ Every opinion stated is mine unless stated otherwise// linnaamanda.carrd.co //

Air Terjun Kedung Kayang
Air Terjun Kedung Kayang
Minggu kemarin saya tidak memiliki tempat wisata yang ingin dieksplorasi, tapi untungnya salah satu teman memiliki tempat yang ingin dikunjunginya lagi. Ia sebelumnya pernah ke tempat itu bersama circle pertemanan yang lain, tetapi Ia merasa menyesal karena tidak menceburkan diri sepenuhnya ke bawah guyuran air terjun.

Mendengar penyesalannya, saya dan teman yang lain menjadi tertarik. Seberapa bagus atau asyiknya air terjun itu sampai membuat dia menyesal? Lagipula kami tidak ada ide untuk pergi ke tempat yang spesifik walaupun memang ingin berkendara jauh. Alhasil, di Sabtu pagi yang mendung (4/10/2020) kami sudah siap di atas motor masing-masing.

Perjalanan di mulai dari Jalan Raya Jogja-Magelang yang biasanya dipenuhi truk bermuatan pasir. Sebenarnya kami biasa memilih lewat jalan-jalan kecil melalui pedesaan supaya perjalanan terasa lebih rileks dan aman, tetapi saat itu jalan antar provinsi rasanya lebih efektif. Di luar dugaan, jalanan pagi itu sepi dan santai, tanpa banyak mobil dan truk yang melaju tak kira-kira.

Saat memasuki pinggiran kota Magelang, maps menunjukkan jalur ke arah Timur Laut. Kami menuruti jalur yang ditunjukkan dan syukurnya jalan yang kami lalui kecil, asri, dan menyenangkan. Karena sibuk mencuri pandang ke persawahan hijau yang ada di kiri dan kanan jalan, kami tidak sempat mengambil foto. Pokoknya saat itu mata kami benar-benar dibuat sejuk.

Setelah sampai di daerah perniagaan kecil, jalan kami mulai berliku-liku memasuki daerah pegunungan. Dari jalan-jalan menanjak yang curam, kami bisa melihat jelas Gunung Merbabu yang berdiri gagah. Kami dihadapkan pada jalan bercabang dan memilih jalur di sebelah kanan, teman saya bercerita bahwa kami bisa mengunjungi Ketep Pass jika memilih jalur yang kiri.

Dari Ketep Pass tersebut, katanya pengunjung bisa melihat lima gunung sekaligus: Gunung Merapi, Merbabu, Sindoro, Sumbing, dan Slamet. Teman saya bercerita pemandangannya akan bagus sekali, apalagi jika sudah memasuki senja. Untungya, selalu ada lain kali untuk tempat-tempat wisata lainnya.

Kami terus berjalan tanpa henti sampai melihat gapura pedesaan dan tanda arah menuju Air Terjun Kedung Kayang. Perjalanan yang memakan kurang lebih satu jam membuat kami semakin tidak sabar. Kami memakirkan motor dan tidak lupa mengikuti protokol COVID-19 dengan mencuci tangan dan mengecek suhu tubuh di pos tiket masuk. Biaya yang harus dibayar tidak mahal, hanya 2000 Rupiah untuk motor dan 5000 Rupiah untuk tiket masuk perorang.
Pemandangan Air Terjun Kedung Kayang dari pos masuk
Pemandangan Air Terjun Kedung Kayang dari pos masuk
Selepas dari situ, air terjunnya ternyata berada jauh di bawah titik pos masuk dan kami harus melewati jalan setapak yang menurun curam untuk sampai ke sana. Saat pertama turun sih tidak terasa capek, tapi beda lagi saat pulang. Kaki dari lutut ke bawah saya rasanya mau lepas saking curamnya, maklum sudah lama tidak olahraga. Saya sangat tidak menyarankan Bapak atau Ibu yang sudah lanjut usia untuk ke sana, mengingat saya yang masih 20an awal (dan jarang olahraga) saja ngos-ngosan maksimal.
Jalan menuju Air Terjun Kedung Kayang
Jalan menuju Air Terjun Kedung Kayang
Sesampainya di bawah, kami masih harus berjalan menyusuri aliran sungai kecil dan bebatuan licin untuk sampai tepat di bawah air terjun. Ohya, sangat disarankan memakai sendal gunung, karena teman saya yang memakai sendal jepit talinya sampai hampir putus dan orang lain yang hanya membawa sepatu jalan harus menentengnya dengan hati-hati. Walaupun medannya lumayan licin dan berbahaya, tapi aliran airnya deras, dingin, dan jernih sekali, jadi terbayarkan.
Aliran sungai yang harus dilalui
Aliran sungai yang harus dilalui
Saat tiba di bawah air terjun, siang itu tidak ada orang sama sekali. Kami bertiga langsung menceburkan diri ke kolam yang deras. Cuaca yang mendung sesuai dengan suhu air yang sejuk bahkan dingin. Angin dari hempasan air juga kencang sekali, sampai-sampai membuat basah kuyup teman yang awalnya tidak berniat mandi dan hanya berdiri di pinggiran kolam. Kami sibuk bermain sekitar tiga jam sampai ujung-ujung jari mengkerut dan menggigil, menikmati setiap guyuran air yang dikelilingi batu dan tumbuhan alami yang belum dipugar sama sekali.

Untuk yang mau menceburkan diri, jangan khawatir karena di dekat parkiran ada kamar mandi yang disediakan oleh warga, tapi ya harus melewati jalan curam menanjak yang awalnya dilewati. Intinya, harus mau basah-basahan dulu di jalan. Tapi karena airnya yang jernih dan tidak bikin gatal, saya malah baru mandi saat sudah sampai di Jogja dan membiarkan angin yang mengeringkan badan sepanjang perjalanan pulang. Jangan dicontoh ya, apalagi untuk yang mudah masuk angin.

Setelah puas berbasah-basahan, kami mampir di salah satu rumah makan di kota Magelang dan langsung kembali ke Jogja. Entah mengapa, jalan pulang selalu lebih cepat daripada jalan datang, padahal jalur yang dilalui sama persis. Mungkin juga karena lokasinya yang tidak begitu jauh dari pusat kota istimewa. 

Sepanjang jalan pulang, kami juga memerhatikan banyaknya penjual bibit tanaman di kiri-kanan jalan. Suasana pegunungan membuat saya teringat akan Bandung, bahkan Puncak, dengan kontur tanah yang kurang lebih sama. Hanya saja, pegunungan ini jauh lebih asri karena tidak banyak dilalui dan diubah untuk menjadi daerah yang terfokus untuk wisatawan.

Untuk orang-orang yang fisiknya tidak begitu kuat atau memang sedang tidak ingin berbasah-basahan, bisa juga hanya melihat air terjun dari atas. Ada warung milik warga setempat yang menyediakan minuman dan makanan instan, bahkan sudah disediakan spot foto yang bisa dijadikan bahan pamer. Tapi kalau menurut saya sih, buat apa jalan jauh-jauh kalau tidak melakukan semua yang bisa dilakukan?
Newer Posts Older Posts Home

@lnnaamnd

@lnnatic

Topics

After Cinema Thoughts Been There Done That Design EPH Fiction How This World Works Literary Response Literature Class Movie Review Personal Poetry Pop Culture recommendation list The Internet Loves It What to Watch
Powered by Blogger.

Blog Archive

  • ▼  2020 (10)
    • ▼  October (1)
      • Mandi Shower Alami di Air Terjun Kedung Kayang
    • ►  May (1)
    • ►  April (3)
    • ►  March (5)
  • ►  2019 (6)
    • ►  November (6)
  • ►  2017 (16)
    • ►  January (16)
  • ►  2016 (19)
    • ►  June (19)
  • ►  2014 (2)
    • ►  December (2)

Copyright © /lnnatic/. Designed & Developed by OddThemes